Akhlak(Etika)
"Dan, sesungguhnya kamu benar-benar berakhlak yang agung." (Al-
Qalam: 4).
Ibnu Abbas dan Mujahid berkata, "Artinya berada pada agama yang
agung. Tidak ada agama yang lebih kucintai dan kuridhai selain dari Islam."
Menurut Al-Hasan Radhiyallahii Anhu, artinya adalah adab-adab Al-
Qur'an. Menurut Qatadah, artinya apa yang diperintahkan Allah dan yang
dilarang-Nya. Dengan kata lain, kamu berada pada akhlak yang
diciptakan Allah seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur'an.
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan, bahwa Hisyam bin Hakim
pernah bertanya kepada Aisyah tentang akhlak Rasulullah ShaUallaliu
Alaihi wa Sallam. Maka Aisyah menjawab, "Akhlak beliau adalah Al-
Qur'an." Lalu Hisyam berkata, "Tadinya aku ingin bangkit dan tidak bertanya
apa pun."
Allah telah menghimpun akhlak-akhlak yang mulia pada diri beliau
seperti yang difirmankan-Nya,
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf
serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh." (Al-A'raf: 199).
Ja'far bin Muhammad berkata, "Allah telah memerintahkan Nabi-
Nya untuk memiliki akhlak-akhlak yang mulia. Di dalam Al-Qur'an tidak
disebutkan satu ayat pun yang menghimpun beberapa akhlak yang mulia
seperti yang disebutkan di dalam ayat ini. Ketika ayat ini turun, Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya kepada Jibril, "Apa maksudnya ini?"
Jibril menjawab, "Aku tidak tahu. Biar kutanyakan terlebih dahulu."
Maka Jibril menanyakannya kepada Allah, lalu dia turun lagi dan
berkata, "Sesungguhnya Allah memerintahkan agar kamu menyambung
hubungan dengan orang yang memutuskannya, memberi orang yang
tidak mau memberimu dan memaafkan orang yang berbuat zhalim kepadamu."
Seseorang yang ditaati orang banyak mempunyai tiga keadaan yang
tidak bisa dihindarinya:
- Menyuruh dan melarang mereka dengan sesuatu yang mendatang-kan
kemaslahatan bagi mereka.
- Menerima ketaatan yang mereka berikan kepadanya.
- Harus siap menghadapi dua jenis manusia: Orang yang sejalan dengannya
dan mendukungnya, orang yang bertentangan dengannya dan
memusuhinya.
Ada kewajiban yang harus dilakukan pada masing-masing keadaan
ini. Kewajibannya menyuruh dan melarang ialah menyuruh kepada yang
ma'r'uf. Hal yang ma'ruf di sini adalah sesuatu yang bermaslahat bagi
mereka. Sedangkan kewajiban melarang ialah melarang dari kebalikannya.
Kewajibannya menerima ketaatan mereka ialah dengan mengambil
hal-hal yang paling mudah menurut mereka dan tidak membebani mereka
dengan hal-hal yang berat dan sulit yang bisa merusak mereka. Kewajibannya
menghadapi orang-orang yang bodoh ialah berpaling dari mereka,
tidak menghadapi mereka dengan sikap yang sama atau membalasnya,
seperti yang difirmankan Allah, "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah
orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang
bodoh."
Menurut Mujahid, artinya maafkanlah akhlak dan perbuatan
manusia tanpa menghinakan, seperti menerima alasan mereka, mudah
memberi maaf, memberi kemudahan, tidak perlu merinci kesalahan hingga
mendetail dan tidak mengorek hakikat hingga bagian-bagian yang paling
dalam.
Begitulah akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Anas bin
Malik Radhiyallahu Anhu berkata, "Rasulullah adalah orang yang paling
baik akhlaknya." Dia juga berkata, "Aku tidak pernah menyentuh kain
beludru dan sutra yang lebih halus dari kulit Rasulullah. Aku tidak pernah
mencium aroma yang lebih harum dari aroma Rasulullah. Aku menjadi
pelayan Rasulullah selama sepuluh tahun, namun sekali pun beliau tidak
pernah berkata kepadaku, "Uh", dan tidak pula bertanya, "Mengapa kamu
berbuat begitu?" untuk sesuatu yang kulakukan, dan tidak pula bertanya,
"Mengapa kamu tidak berbuat begitu?" untuk sesuatu yang tidak
kulakukan."
Rasulullah Shallallaliu Alaihi wa Sallam pernah mengabarkan bahwa
kebajikan itu ialah akhlak yang baik.
Di dalam Shahih Muslim disebutkan dari An-Nuwas bin Sam'an
Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah tentang
kebajikan dan dosa. Maka beliau menjawab,
"Kebajikan ialah akhlak yang baik, sedangkan dosa ialah sesuatu yang
bersemayam di dalam dadamu dan engkau tidak suka jika manusia
mengetahuinya."
Di dalam riwayat At-Tirmidzy, yang menurutnya hadits hasan
shahih, disebutkan dari Abud-Darda' Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
"Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan orang Mukmin
pada hari kiamat selain dari akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah
benar-benar membenci orang keji lagi berkata kotor."
Disebutkan pula dalam riwayat At-Tirmidzy dan dia menshahihkannya,
dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah ditanya tentang sesuatu yang paling
banyak memasukkan manusia ke dalam surga. Maka beliau menjawab,
"Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik." Lalu beliau ditanya tentang sesuatu
yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. Maka
beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan."
Disebutkan pula dalam riwayat At-Tirmidzy dan dia menshahihkannya,
dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda,
"Sesungguhnya orang-orang Mukmin yang paling sempurna imannya
ialah yang paling baik akhlaknya di antara mereka, dan yang paling baik
di antara mereka ialah yang paling baik terhadap istrinya di antara
mereka."
Di dalam As-Sunan disebutkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dari
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
"Sesungguhnya dengan akhlaknya yang baik orang Mukmin benar-be-nar
bisa mendapatkan derajat orang yang berpuasa dan mendirikan shalat
malam."
Di dalam riwayat At-Tirmidzy disebutkan dari Jabir Radhiyallahu
Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda,
"Sesungguhnya orang yang paling kucintai di antara kalian dan yang
paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat ialah yang
paling baik akhlaknya di antara kalian. Dan, sesungguhnya orang yang
paling kubenci dan yang paling jauh dariku pada hari kiamat ialah
orang yang banyak bicara tanpa ada manfaatnya, orang yang mem-fasihfasihkan
bicaranya karena riya' dan mutafaiqahun." Mereka bertanya,
"Wahai Rasulullah, kami sudah mengetahui orang yang banyak bicara
tanpa ada manfaatnya dan orang yang memfasih-fasihkan bicaranya
karena riya'. Lalu apakah mutafaiqahun itu?" Beliau menjawab,
"Orang-orang yang sombong."
Semua kandungan agama adalah akhlak. Selagi ada tambahan akhlak
pada dirimu, berarti ada tambahan agama. Menurut Al-Kattany, tasawwuf
juga merupakan akhlak. Selagi ada tambahan akhlak pada dirimu, berarti
ada tambahan tasawwuf. Ada yang berpendapat, akhlak yang baik ialah
memberikan derma, tidak mengganggu dan menguasai diri saat
menghadapi gangguan. Yang pasti, akhlak yang baik didasarkan kepada
empat sendi, yaitu:
- Sabar, yang mendorongnya menguasai diri, menahan amarah, tidak
mengganggu orang lain, lemah lembut, tidak gegabah dan tidak terge-sagesa.
- Kehormatan diri, yang membuatnya menjauhi hal-hal yang hina dan
buruk, baik berupa perkataan maupun perbuatan, membuatnya memiliki
rasa malu, yang merupakan pangkal segala kebaikan, mencegahnya
dari kekejian, bakhil, dusta, ghibah dan mengadu domba.
- Keberanian, yang mendorongnya pada kebesaran jiwa, sifat-sifat yang
tinggi, rela bekorban dan memberikan sesuatu yang paling dicintai.
- Adil, yang membuatnya berada di jalan tengah, tidak meremehkan dan
tidak berlebih-lebihan.
Empat sendi ini sekaligus merupakan sumber akhlak yang baik dan
utama. Sedangkan empat sumber akhlak yang rendah ialah:
- Kebodohan, yang menampakan kebaikan dalam rupa keburukan, menampakkan
keburukan dalam rupa kebaikan, menampakkan kekurang-an
dalam rupa kesempurnaan dan menampakkan kesempurnaan dalam
rupa kekurangan.
- Kezhaliman, yang membuatnya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya,
memarahi perkara yang mestinya diridhai, meridhai sesuatu
yang mestinya dimarahi dan lain sebagainya dari tindakan-tindakan
yang tidak proporsional.
- Syahwat, yang mendorongnya menghendaki sesuatu, kikir, bakhil,
tidak menjaga kehormatan, rakus dan hina.
- Marah, yang mendorongnya bersikap takabur, dengki dan iri, mengadakan
permusuhan dan menganggap orang lain bodoh.
Dari himpunan semua ini, maka tersusunlah akhlak yang tercela.
Sedangkan sumber dari empat perkara ini ada dua macam, yaitu: Perta-ma,
jiwa yang berlebih-lebihan saat lemah, yang melahirkan kebodohan,
kehinaan, bakhil, kikir, celaan, kerakusan dan kekerdilan. Kedua, jiwa
yang berlebih-lebihan saat kuat, yang melahirkan kezhaliman, amarah,
kekerasan, kekejian dan kesewenang-wenangan.
Sebagian akhlak yang tercela melahirkan sebagian yang lain, sebagaimana
sebagian akhlak yang terpuji juga melahirkan sebagian sifatnya
yang lain. Akhlak yang baik ada di antara dua akhlak yang tercela, seperti
kedermawanan yang ada di antara bakhil dan boros, tawadhu' yang ada di
antara kehinaan dan takabur. Selagi jiwa menyimpang dari pertengahan ini,
tentu ia akan cenderung kepada salah satu di antara dua sisinya yang
tercela. Siapa yang menyimpang dari akhlak tawadhu', maka ia akan
menyimpang ke sifat takabur dan riya atau ke kehinaan dan kekerdilan.
Siapa yang menyimpang dari kesabaran yang terpuji, maka ia menyimpang
ke kegundahan dan keguncangan atau ke kekerasan hati dan kekasar-an
tabiat.
Akhlak sangat bermanfaat bagi orang yang mengadakan perjalan-an
dan dapat menghantarkan ke tujuan dengan segera. Dengan akhlak-nya dia
akan membentuk dirinya yang sulit untuk dirubah, karena yang paling sulit
untuk dirubah pada tabiat manusia adalah akhlak yang telah membentuk
jiwanya.
Komentar
Posting Komentar