Haus


Jika keresahan ini menguat dan menjadi-jadi, hingga membuat
keadaan hati seperti kebutuhan terhadap seteguk air karena udara panas
yang membakar, maka keadaan ini disebut athasy. Begitulah menurut
pengarang Manazilus-Sa'irin. Syaikh mengacukan hal ini kepada firman
Allah tentang Ibrahim Al-Khalil,

"Ketika malam telah menjadigelap, dia melihat scbuah bintang
(lain) dia berkata, 'Inilah Rabbku'." (Al-An'am: 76).
Seakan-akan dari isyarat ini Syaikh menyimpulkan bahwa karena
rasa hausnya untuk bertemu kekasih, maka Ibrahim berkata pada saat
melihat bintang, "Ini adalah Rabb-ku." Sesungguhnya orang yang kehausan,
seakan melihat air saat melihat fatamorgana, sehingga justru
membuat rasa hausnya semakin bertambah.
Tapi makna ayat ini bukan seperti yang diisyaratkannya. Sebab
memang orang-orang sufi cenderung kepada isyarat-isyarat. Jika bukan
itu maksudnya, maka ada yang berpendapat, bahwa dengan perkataan itu,
seakan-akan beliau membubuhi dengan tanda tanya, yang berarti, "Inilah
Rabb-ku?"
Pengarang Manazilus-Sa'irin berkata, "Haus merupakan kiasan tentang
kesukaan yang berat terhadap sesuatu yang diharapkan."
Menurut Syaikh, ada tiga derajat haus, yaitu:
1. Kehausan orang yang mencintai terhadap saksi yang memberinya
minum, memberinya isyarat yang menyembuhkannya dan memberinya
sentuhan kasih yang melindunginya.
Jika orang yang haus menemui seseorang yang menuntunnya ke ternpat
minum, maka hatinya merasa tenang dan dia bisa menyaksikan
yang sebenarnya. Memberi isyarat yang menyembuhkan, artinya menyembuhkan
hati dari penyakit yang menimpa. Jika dia mendapat
isyarat kesembuhan dari orang lain seperti dirinya, atau dari orang
yang lebih berilmu, atau dari ayat yang dipahaminya, maka hatinya
bisa sembuh. Memberinya sentuhan kasih, artinya kasih sayang dari
kekasihnya, yang bisa memadamkan bara kehausannya. Sebab tidak
ada yang bisa mendinginkan hati orang yang mencintai selain dari
sentuhan kasih kekasihnya.
2. Kehausan orang yang mengadakan perjalanan hingga ke batas waktu
yang dilaluinya, hingga hari ke hari yang dibutuhkannya dan
kepersinggahan yang bisa dijadikan tempat beristirahat.
Ini merupakan kehausan dalam perjalanan hingga tiba di tempat kekasih.
Dia melalui perjalanannya dengan cepat agar sampai ke tujuan,
etape demi etape dia lalui, hingga sampai ke suatu hari dia bisa
melihat apa yang dibutuhkan hatinya. Dalam perjalanan itu tentunya
dia harus melewati beberapa persinggahan untuk menenangkan
hatinya dan membebaskannya dari segala keadaan.
3. Kehausan orangyang mencintai terhadapsifat-sifatkekasih, yangtidak
ditutupi awan nafsu, yang tidak diselubungi tabir perpisahan dan tidak
menunggu-nunggu.
Hati orang yang haus pada derajat ini dikuasai oleh sifat-sifat kekasih
dan keelokannya, yang tidak ditutupi awan nafsu dan tidak
diselubungi tabir. Mereka sepakat bahwa tabir yang paling besar
adalah tabir nafsu. Sedangkan tabir Allah adalah cahaya. Jika Dzat
beliau tampak ke-pada sesuatu, maka pancaran Wajah-Nya akan
membakar semua peng-lihatan yang sampai kepada-Nya. Sedangkan
tabir antara Allah dan hamba adalah nafsu dan kegelapannya. Jika
tabir ini terkuak, maka hamba bisa sampai kepada Allah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dzikir

AYAT DAN SURAH YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU

Terjemah KITAB AKHLAQ BAGI PEREMPUAN