Mahabbah (cinta)
ajang perlombaan di antara orang-orang yang suka berlomba, menjadi
sasaran orang-orangyang beramal dan menjadi curahan orang-orang yang
mencintai. Dengan sepoi anginnya, orang-orang yang beribadah
merasakan ketenangan. Cinta merupakan santapan hati, makanan ruh dan
kesenangannya. Cinta merupakan kehidupan, sehingga orang yang tidak
memilikinya seperti orang mati. Cinta adalah cahaya, siapa yang tidak
memilikinya seperti berada di tengah lautan yang gelap gulita. Cinta
adalah obat penyembuh, siapa yang tidak memilikinya maka hatinya
diendapi berbagai macam penyakit. Cinta adalah kelezatan, siapa yang
tidak memilikinya maka seluruh hidupnya diwarnai kegelisahan dan
penderitaan. Cinta adalah ruh iman dan amal, kedudukan dan keadaan,
yang jika cinta ini tidak ada di sana, maka tak ubahnya jasad yang tidak
memiliki ruh. Cinta membawakan beban orang-orang yang mengadakan
perjalanan saat menuju ke suatu negeri, yang tentu saja mereka akan
keberatan jika beban itu dibawa sendiri. Cinta menghantarkan mereka ke
tempat persinggahan yang selainnya tak bisa menghantarkan mereka ke
tujuan. Cinta adalah kendaraan yang membawa mereka kepada sang
kekasih. Cinta adalah jalan mereka yang lurus, yang menghantarkan
mereka ke tempat persinggahan pertama yang terdekat. Demi Allah, para
pemilik cinta telah pergi membawa kemuliaan dunia dan akhirat,
sehingga akhirnya senantiasa bersama sang kekasih. Allah telah
menetapkan bahwa seseorang itu bersama orang yang paling dicintainya.
Sungguh ini merupakan kenikmatan tiada tara yang diberikan kepada
orang-orang yang memiliki cinta.
Mereka memenuhi panggilan kerinduan, saat ada yang berseru
kepada mereka, "Hayya alal-falah". Mereka rela mengorbankan jiwa agar
bisa bersama sang kekasih. Pengorbanan ini dilakukan dengan suka rela
dan ridha, rela melakukan perjalanan pada pagi dan petang hari.
Pembayaran secara kontan dari harga cinta yang sudah disepakati
harganya adalah dengan cara mengorbankan nyawa. Hal ini tidak berlaku
bagi orang yang bangkrut, bodoh bakhil dan suka menawar-nawar.
Karena banyak orang yang mengaku memiliki cinta, maka mereka
dituntut untuk menyodorkan bukti pengakuan itu. Andaikan mereka
diberi kesempatan untuk menyampaikan pengakuannya, maka kesaksian
mereka akan beragam. Lalu dikatakan, "Pengakuan ini tidak bisa diterima
kecuali ada buktinya."
"Katakanlah, jika kalian (bcnar-benar) mencintai Allah, maka
ikutilah aku, niscaya Allah meugasihi dan mengampuni dosa-dosa
kalian'." (Ali Imran: 31).
Semua manusia tertinggal di belakang, kecuali orang-orang yang
mengikuti sang kekasih dalam perbuatan, perkataan dan akhlaknya. Lalu
mereka dituntut keadilan bukti itu lewat proses pensucian jihad.
"Mereka berjihad di jalan Allah tidak takut terhadap celaan orang
yang suka mencela." (Al-Maidah: 54).
Kebanyakan orang-orang yang memiliki cinta tertinggal di belakang,
dan yang bangkit adalah orang-orang yang berjihad. Lalu dikatakan
kepada mereka, "Sesungguhnya jiwa dan harta orang-orang yang
mencintai bukan milik mereka. Maka ke sinilah untuk menyatakan sumpah
setia."
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri
dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka." (At-
Taubah: 111).
Ketika mereka mengetahui keagungan pembeli dan harga yang
tinggi serta keagungan yang akan diperolehnya setelah terjadi kontrak
jual beli, mereka pun tahu nilai barang. Mereka juga melihat siapa saja
orang yang bodoh, karena menjual barang itu dengan harga yang sangat
murah. Maka dengan penuh keridhaan mereka ikut dalam perdagangan
ini tanpa menawar dan memilih-milih, sambil berkata, "Demi Allah, kami
tidak membatalkan dan kami tidak meminta pembatalan perniagaan
denganmu."
Setelah kontrak jual beli sudah rampung dan barang sudah
diserahkan kepada pembeli, maka dikatakan kepada mereka, "Sejak saat
ini jiwamu dan hartamu menjadi milik kami, dan kelak kami akan
mengembalikannya lagi kepadamu dalam jumlah yang lebih banyak lagi,
jauh lebih banyak."
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan
Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan
mendapat rezki." (Ali Imran: 169-170).
Jika pohon cinta ditanam di dalam hati dan disirami dengan air
ikhlas serta mengikuti orang yang dicintai, tentu akan menghasilkan buah
yang banyak dan bermacam-macam, yang bisa dipetik setiap saat dengan
seizin Rabb-nya, yang akarnya tertancap kuat di dalam hati dan cabangcabangnya
menjulang tinggi hingga mencapai Sidratul-Muntaha.
Cinta tidak bisa dibatasi dengan batasan-batasan tertentu. Sebab
batasan-batasan itu justru membuat cinta semakin sulit dideteksi dan
tersembunyi. Batasannya adalah keberadaannya. Tidak ada sifat yang
lebih pas untuk cinta selain dari kata cinta itu sendiri. Manusia hanya
sekedar bicara tentang sebab, pendorong, tanda, bukti, buah dan hukumhukum-
nya. Batasan diri mereka berkisar pada enam unsur ini, dan
pengungkapan mereka berbeda-beda, tergantung dari batas pengetahuan,
kedudukan, keadaan dan kemampuan masing-masing dalam
mengungkapkan cinta. Menurut bahasa, kata mahabbah berkisar pada
lima perkara:
1. Putih dan cemerlang, seperti kata hababul-asnan yang berarti gigi
yang putih cemerlang.
2. Tinggi dan tampak jelas, seperti kata hababul-ma'i wa hubabuhu, yang
berarti banjir karena air hujan yang deras.
3. Teguh dan tidak tergoyahkan, seperti kata habbal-ba'ir, yang berarti
onta yang sedang menderum dan tidak mau bangkit lagi.
4. Inti dan relung, seperti kata habbatul-qalbi, yang berarti relung hati.
5. Menjaga dan menahan, seperti kata hibbul-ma'i lil-wi'a', yang berarti
air yang terjaga di dalam bejana.
Komentar
Posting Komentar