Keresahan
Kerinduan ini bisa menjadi-jadi dan terbebas dari kesabaran, yang
kemudian disebut keresahan. Begitulah sebutan yang diberikan pengarang
Manazilus-Sa'irin. Hal ini dikuatkannya dengan firman Allah yang
mengisahkan Musa Alaihis-Salam, yang berkata,
"Aku bersegera kepada-Mu, ya Rabbi, agar Engkau ridha
(kepadaku)." (Thaha: 84).
Seakan-akan Syaikh memahami, bahwa Musa bersegera karena
didorong oleh keresahan hati, yaitu membebaskan kerinduan dengan
bertemu Allah. Tapi menurut zhahir ayat ini, bahwa yang mendorong
musa tergesa-gesa ialah karena mencari keridhaan-Nya, dan keridhaan
Allah muncul jika segera melaksanakan perintah-Nya. Karena ayat inilah
orang-orangsalafberhujjah bahwa shalat pada awal waktu itu lebihafdhal.
Saya pernah mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan hal
ini, seraya berkata, "Ridha Allah ada dalam penyegeraan perintah-Nya."
Syaikh membatasi keresahan ini dengan tidak adanya kesabaran
dalam kerinduan. Jika disertai kesabaran, maka itu semata merupakan
kerinduan. Ada tiga derajat keresahan, yaitu:
1. Keresahan yang menyempitkan akhlak, yang membuat benci kepada
manusia dan merasakan kenikmatan maut.
Akhlak orang yang resah menjadi sempit dalam menghadapi orang
lain, apalagi mengikat mereka. Membuat benci kepada manusia, artinya
orangnya tidak suka bergaul dengan manusia, karena
keresahannya lebih suka menyendiri dan tidak bergaul dengan mereka.
Saya pernah diberitahu rekan-rekan Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah,
bahwa pada awal mulanya dia suka pergi ke tengah padang pasir dan
tidak mau bergaul dengan manusia, jika ada suatu kekuatan yang tidak
mampu dilawannya. Maka suatu hari aku membuntuti di belakangnya.
Ketika sudah tiba di tengah padang pasir, dia menghela napas
dalam-dalam, kemudian melantunkan syair Laila Majnun, "Aku keluar
meninggalkan perkampungan agar aku bisa berbincang dengan
jiwamu sendirian." Orang yang resah karena rindu tentu ingin bertemu
kekasihnya. Jika dia ingat mati, maka dia merasakan kenikmatan,
sebagaimana musafir yang merasa senang jika membayangkan
pertemuan dengan keluarga dan orang-orang yang dicintainya.
2. Keresahan yang mengalahkan akal, mengosongkan pendengaran dan
menghambat kekuatan.
Hampir saja keresahan ini menundukkan dan mengalahkan akal. Tapi
karena belum mencapai derajat kesaksian, maka akal tidak bisa ditundukkan.
Sebab yang bisa menundukkan akal adalah kesaksian. Mengosongkan
pendengaran, artinya membuat pendengaran itu tidak
peduli terhadap peringatan orang lain. Yang diinginkannya hanyalah
pengabaran tentang kekasih. Menghambat kekuatan, artinya kekuatan
sabar tidak mampu untuk mengenyahkan keresahan itu.
3. Keresahan yang tidak mengasihi selamanya, yang tidak menerima
batasan dan yang tidak membiarkan seseorang.
Keresahan ini benar-benar sudah menguasai orangnya, karena keresahan
ini berasal dari kesaksian. Dia tidak mau menerima batasan
dihadapannya. Keresahan ini berkuasa dan tidak bisa dikuasai, mengendalikan
hati dan tidak bisa dikendalikan, sehingga kehadiran
seseorang dianggap tidak ada.
Komentar
Posting Komentar