TERJEMAH BAHASA INDONESIA “NASHOIHUL ‘IBAD”
.Bismillahirahmanirahim
Diriwayatkan
dari Nabi SAW, sesungguhnya Beliau bersabda (Ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih
utama dari dua perkara tersebut, yaitu iman kepada Allah dan berbuat kebajikan
kepada sesama muslim). Baik degan ucapan atau kekuasaannya atau dengan hartanya
atau dengan badannya.
RasuuluLlah SAWW
bersabda, (barang siapa yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai niat untuk
menganiaya terhadap seseorang maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.
Dan barang siapa pada waktu pagi hari memiliki niat memberikan pertolongan
kepada orang yang dianiaya atau memenuhi hajat orang islam, maka baginya
mendapat pahala seperti pahala hajji yang mabrur).
Dan Nabi SAW
bersabda (Hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat
bagi orang lain. Dan amal yang paling utama adalah membahagiakan hati orang
mukmin dengan menghilangkan laparnya, atau menghilangkan kesusahannya, atau
membeyarkan hutangnya. Dan ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih buruk
dari dua tersebut yaitu syirik kepaad Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum
muslimin).
Baik
membahayakan atas badannya, atau hartanya. Karena sesungguhnya semua perintah
Allah kembali kepada dua masalah tersebut. Mengagungkan Allah dan berbuat baik
kepada makhluknya, sebagaimana firman Allah Ta’ala Dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. Dan firman Allah Ta’ala Hendaklah kamu bersyukur kepadaKu
dan kepada kedua orang tuamu.
Maqolah 2
Nabi SAW
bersabda, (wajib bagi kamu semua untuk duduk bersama para ‘Ulama) artinya yang
mengamalkan ilmunya, (dan mendengarkan kalam para ahli hikmah) artinya orang
yang mengenal Tuhan.
(Karena
sesungguhnya Allah Ta’ala akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya
hikmah-ilmu yang bermanfaat- sebagaimana Allah menghidupkan bumu yang mati
dengan air hujan). Dan dalam riwayat lain dari Thabrani dari Abu Hanifah “Duduklah
kamu dengan orang dewasa, dan bertanyalah kamu kepada para ‘Ulama dan
berkumpulah kamu dengan para ahli hikmah” dan dalam sebuah riwayat, “duduklah
kamu degan para ulama, dan bergaulah dengan kubaro’ ”. Sesungguhnya Ulama itu
ada dua macam, 1. orang yang alim tentang hukum-hukum Allah, mereka itulah yang
memiliki fatwa, dan 2. ulama yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah para
hukama’ yang dengan bergaul dengan mereka akan dapat memperbaiki akhlak, karena
sesungguhnya hati mereka telah bersinar sebab ma’rifat kepada Allah demikian
juga sirr / rahasia mereka telah bersinar disebabkan nur keagungan Allah. Telah
bersabda Nabi SAW, akan hadir suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para
ulama dan fuqaha, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga
cobaan, 1. Allah akan menghilangkan berkah dari rizkinya. 2. Allah akan
mengirim kepada mereka penguasa yang zalim 3. Mereka akan keluar meninggalkan
dunia tanpa membawa iman kepada Allah Ta’ala Na’udzubiLlahi min dzaalik.
Maqolah 3
Dari Abi Bakar
As-Shiddiq RA (Barang siapa yang memasuki kubur tanpa membawa bekal yaitu
berupa amal shalih maka keadaannya seperti orang yang menyeberangi lautan tanpa
menggunakan perahu). Maka sudahlah pasti ia akan tenggelam dengan se
tenggelam-tenggelamnya dan tidak mungkin akan selamat kecuali mendapatkan
pertolongan oleh orang-orang yang dapat menolongnya.. sebagaimana sabda
Rasulullah SAW, tidaklah seorang mayat yang meninggal itu, melainkan seperti
orang yang tenggelam yang meminta pertolongan.
Maqolah 4
Dari ‘Umar RA,
-dinukilkan dari Syaikh Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya Nabi SAW bertanya
kepada Jibril AS , ‘Beritahukan kepadaku sifat kebaikan
sahabat ‘Umar’. Maka Jibril menjawab, ‘Jika saja lautan dijadikan tinta dan
tumbuh-tumbuhan dijadikan pena niscaya tidak akan uckup melukiskan sifat
kebaikannya. Kemudian Nabi bersabda, beritahukan kepadaku kebaikan sifat Abu
Bakar,”. Maka Jibril menjawab, ”’Umar hanyalah satu kebaikan dari beberapa
kebaikan Abu Bakar RA.
‘Umar RA
berkata, (kemuliaan dunia dengan banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat adalah
dengan bagusnya amal). Maksudnya, urusan dunia tidak akan lancar dan sukses
kecuali dengan dukungan harta benda. Demikian pula perkara akhirat tidak akan
menjadi sempuran kecuali dengan amal perbuatan yang baik.
Maqolah 5
Dari ‘Utsman RA.
(menyusahi dunia akan menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat akan menerangkan
hati). Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan
menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan
urusan akhirat akan menjadaikan hati menjadi terang. Yaa Allah jangan jadikan
dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan bukan pula puncak ilmu kami.
Maqolah 6
Dari ‘Aly RA wa
KarramaLlaahu Wajhah. (Barang siapa yang mencari ilmu maka surgalah
sesungguhnya yang ia cari. Dan barang siapa yang emncari ma;siyat maka
sesungguhnya nerakalah yang ia cari) Artinya barang siapa yang menyibukkan diri
denagn mencari ilmu yang bermanfaat, yang mana tidak boleh tidak bagi orang
yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka pada hakekatnya ia mencari surga dan
mencari ridho Allah SWT. Dan barang siapa yang menginginkan ma’siyat, maka pada
hakekatnya nerakalah yang ia cari, dan kemarahan Allah Ta’ala.
Maqolah 7
Dari Yahya bin
Muadz RA. (Tidak akan durhaka kepada Allah orang-orang yang mulia) yaitu orang
yang baik tingkah lakunya Yaitu mereka yang memuliakan dirinya dengan
menghiasinya dengan taqwa dan menjaga diri dari ma’siyat. (Dan tidak akan
memilih dunia dari pada akhirat orang-orang yang bijaksana) Artinya orang bijak
/ hakiim tidak akan mendahulukan atau mengutamakan urusan dunia dari pada
urusan akhirat. Adapun orang hakiim adalah orang yang mencegah dirinya dari
pada bertentangan dengan kebenaran akal sehatnya.
Maqolah 8
Dari A’Masy,
naam lengkapnya adalah Abu Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA. (Barang siapa yang
bermodalkan taqwa, maka kelulah lidah untuk menyebutkan sifat keberuntungannya
dan barang siapa yang bermodalkan dunia, maka kelulah lidah untuk menyebut
sebagai kerugian dalam hal agamanya). Artinya barang siapa yang bermodalkan
taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya dimana dasar
dari amal perbuatannya adalah selalu bersesuaian dengan syari’at, maka baginya
pasti mendapatkan kebaikan yang sangat besar tanpa dapat dihitung dalam hal
kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya
barang siapa yang perbuatannya selalu berseberangan dengan hukum syari’at, maka
baginya kerugian yang sangat besar bahkan lidahpun sampai tidak dapat
menyebutkannya.
Maqolah 9
Diriwayatkan
dari Sufyan Atsauri, beliau adalah guru dari Imam Malik RA. ( Setiap ma’siyat
yang timbul dari dorongan syahwat yaitu keinginan yangteramat sangat akan
sesuatu maka dapat diharapkan akan mendapat ampunanNya. Dan setiyap ma’siyat
yang timbul dari takabur atau sombong yaitu mendakwakan diri lebih utama atau
mulia dari yang lain , maka maksiyat yang demikian ini tidak dapat diharapkan
akan mendapat ampunan dari Allah). Karena maksiyat iblis berasal dari
ketakaburannya yang tidak mau hormat kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah
dimana ia menganggap dirinya lebih mula dari Nabi Adam AS yang diciptakan dari
tanah sedangkan ia/iblis diciptakan dari api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi
Adam AS adalah
karena keinginannya yang teramat sangat untuk memakan buah yang dilarang oleh
Allah untuk memakannya.
Maqolah 10
Dari sebagian
ahli zuhud yaitu mereka yang menghinakan kenikmatan dunia dan tidak peduli
dengan nya akan tetapi mereka mengambil dunia sekedar dharurah/darurat sesuai
kebutuhan minimumnya. (Barang siapa yang melakukan perbuatan dosa dengan
tertawa bangga, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan
menangis- karena seharusnya ia menyesal dan memohon ampunan kepada Allah
bukannya berbangga hati. Dan barang siapa yang ta’at kepada Allah dengan menangis-
karena malu kepada Allah dan Takut kepadaNya karena merasa banyak kekurangan
dalam hal ta’at kepaadNya Maka Allah akan memasukkanNya ke dalam surga dalam
keadaan tertawa gembira. ) dengan sebenar-benar gembira karena mendapatkan apa
yang menjadi tujuannya selama ini yaitu ampunan dari Allah.
Maqolah 11
Maqolah ke sebelas : dari sebagian ahli hikmah / Aulia’ (Janganlah kamu
menyepelekan dosa yang kecil) kerana dengan selalu menjalankannya maka lama
kelamaa akan tumbuhlah ia menjadi dosa besar. Bahkan terkadang murka Tuhan itu
ada pada dosa yang kecil-kecil.
Maqolah 12
Dari Nabi SAW :
(Tidaklah termasuk dosa kecil apabila dilakukan secara terus menerus) karena
dengan dilakukan secara terus menerus, maka akan menjadi besarlah ia. (Dan
tidaklah termasuk dosa besar apabila disertai dengan taubat dan istighfar)
Yaitu taubat dengan syarat-syaratnya. Karena sesungguhnya taubat dapat
menghapus bekas-bekas dosa yang dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut dosa
besar. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.
Maqolah 13
(Keinginan orang
arifiin adalah memujiNya) maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat adalah memuji
Allah Ta’ala dengan keindahan sifat-sifatnya. (dan keinginan orang-orang zuhud
adalah do’a kepadaNya) yaitu permintaan kepaad Allah sekedar hajat kebutuhannya
dari du nia dengan segenap hatinya, dimana yang dimaksud do’a adalah meminta
dengan merendahkan diri kepadaNya dengan memohon diberi kebaikan kepadanya.
(Karena keinginan orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya bukanlah pahala ataupun
surga) sedangkan keinginan orang zuhud adalah untuk kepentingan dirinya
sendiri, yaitu untuk kemanfatan dirinya dari pahala dan surga yang
didapatkannya. Maka demikianleh perbedaan orang yang keinginan hatinya
mendapatkan bidadarii dan orang yang cita-citanya adalah keterbukaab hatinya.
Maqolah 14
(diriwayatkan
dari sebagian hukama’) yaitu orang yang ahli mengobati jiwa manusia, dan mereka
itulah para wali Allah. -(Barang siapa yang menganggap ada pelindung yang lebih
utama dari Allah maka sangat sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah) Maknanya
adalah barang siapa yang menganggap ada penolong yang lebih dekat daripada
pertolongan Allah, maka maka sesungguhnya dia belul mengenal Allah. (Danbarang
siapa yang menganggap ada musuh yang lebih berbahaya daripada nafsunya sendiri,
maka sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya tentang nafsunya) Artinya adalah
brang siapa yang berperasangka ada musuh yang lebih kuat dari pada hawa
nafsunya yang selalu mengajak kepada kejahatan, maka sedikitlah
ma’rifatnya/pengetahuannya akan hawa nafsunya sendiri.
Maqolah 15
Dari Abu Bakar
Ash-Shiddiq RA. Menafsiri firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah nyatalah
kerusakan baik di daratan maupun di lautan, maka beliau memberikan tafsirannya
(Yang dimaksud Al-Barr/daratan adalah lisan.
Sedangkan yang
dimaksud Al-Bahr / lautan adalah hati). Apabila lisan telah rusak dikarenakan
mengumpat misalnya, maka akan menangislah diri seseorang / anak cucu adam. Akan
tetapi apabila hati yang rusak disebabkan karena riya’ misalnya, maka akan
menangislah malaikat. Dan diperumpamakan hati/qalb dengan lautan adalah
dikarenkan sangat dalmnya hati itu.
Maqolah 16
(Dikatakan,
karena syahwat maka seorang raja berubah menjadi hamba sahaya/budak) karena
sesungguhnya barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia akna menjadi hamba
dari sesuatu yang dicintainya. (dan sabar akan membuat seorang hamba sahaya
berumab menjadi seorang raja) karena seoang hamba dengan kesabarannya akan
memperoleh apa yang ia inginkan. (apakah belum kita ketahui kisah seorang hamba
yang mulia putra seorang yang mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina Yusuf
AS Ash-Shiddiq, putera Ya’qub yang penyabar, putera Ishaq yang penyayang,
putera Ibrahim Al-Khalil AS dengan Zulaikha. Sesungguhnya ia zulaikha sangat
cinta kepada Sayyidina Yusuf AS dan Sayyidina Yusuf bersabar dengan
tipudayanya.
Maqolah 17
(Beruntunglah
orang yang menjadikan akalnya sebagai pemimpin) dengan mengikuti petunjuk
akalnya yang sempurna (sedangkan hawa nafsunya menjadi tahanan) (dan celakalah
bagi orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai penguasanya, dengan
melepaskannya dalam menuruti apa yang di inginkannya, sedangkan akalnya menjadi
hambanya yaitu akal tersebut terhalang untuk memikirkan ni’mat Allah dan
keagungan ALlah).
Maqolah 18
(Barang siapa
yang meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya), maka hati
tersebut akan senang menerima nasihat dan ia khusyu’/memperhatikan akan nasihat
tersebut. (Barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram) baik dalam hal
makanan, pakaian dan yang lainnya (dan ia memakan sesuatu yang halal maka akan
jerniglah pikirannya) didalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah yang
menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu
setelah kematiannya demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan
kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang demikian ini terjadi apabila ia
mempergunakan fikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala
yang menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal
darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemujdian Allah menjadikan tulang dan
daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan baginya. Kemudian Alah
memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah
memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan memberinya
ilham untuk menyusu ibunya, dan Allah menjadikannya pada awwal kejadian dengan
tanpa gigi gerigi kemudian Allah menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian
Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian Allah menumbuhkan
kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu
berubah dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi
tua renta dan dari keadaan sehat berubah menjadi sakit. Kemudian Alah
menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan jaga demikian
pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi
seperti semula.
Demikian pula
malam dan siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan
disusul dengan timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari,
rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan yang semuanya datang dan pergi.
Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap malamnya,
kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada
gerhana matahari dan rembulan ketika hilang cahayanya keudian cahaya itu
kembali lagi. Kemudian berfikir tentang bumi yang
gersang lagi
tandus maka Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah
menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita
akan dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian
ini tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi
hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian sehingga menjadi kuatlah
imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa
Allah pasti membangkitkannya da membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan
seberapa imannya dari hal yang demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh
melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Maqolah 19
Telah diwahyukan
kepada sebagian Nabi ( Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku perintahkan dan
janganlah bermaksiyat kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan kepadamu). Artinya
dari nasihat yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan dengan
apa yang dilarang maka seorang hamba akan tehindar dari kerusakan.
Maqolah 20
(Dikatakan
sesungguhnya kesempurnaan akal adalah mengikuti apa yang diridhai Allah dan
meninggalkan apa yang dimurkai Allah). artinya apa saja yang tidak seperti
konsep di atas adalah kegilaan / tak berakal.
Maqolah 21
(Tidak ada
keterasingan bagi orang yang mulia akhlaknya, dan tidak ada tempat yang
terhormat bagi orang-orang yang bodoh ). Artinya seseorang yang bersifat
memiliki ilmu dan amal maka sesungguhnyania akan dihormati diantarea manusia di
mana saja berada. Oleh karena itu di mana saja berada layaknya mereka seperti
di negeri sendiri dan dihormati. Sebaliknya orang yang bodoh adalah
kebalikannya meskipun di negeri sendiri mereka merasa asing.
Maqolah 22
Barang siapa
yang baik dalam keta’atannya kepada Allah maka dia akan terasing diantara
manusia). Artinya orang yang merasa cukup dengan menyibukkan seluruh waktunya
untuk ta’at kepadan Allah maka ia akan terasing diantara manusia.
Maqolah 23
(Dikatakan bahwa
gerakan badan melakukan keta’atan kepada ALlah adalah petunjuk tentang
kema’rifatan seseorang sebagaimana gerakan anggota badan menunjukkan / sebagai
dalil adanya kehidupan di dalamnya). Artinya, bahwa ekspresi ketaatan serang
hamba dalam menjalankan perintah Allah maka yang demikian itu adalah petunjuk
/a dalil kema’rifatannya kepada ALlah. Apabila banyak amal ta’at maka
menunjukkan bahwa banyak pula ma’rifatnya kepada Allah dan apabila sedikit
ta’at, maka menunjukkan pula sedikit ma’rifat, karena sesungguhnya apa yang
lahir merupakan cermin dari apa yang ada di dalam bathin.
Maqolah 24
Nabi SAW
bersabda, (Sumber segala perbuatan dosa adalah cinta dunia,) dan yang dimaksud
dari dumia adalah sesuatu yang lebih dari sekedar kebutuhan. (Dan sumber segala
fitnah adalah mencegah / tidak mau mengeluarkan sepersepuluh dan tidak mau
mengeluarkan zakat).
Maqolah 25
(Mengaku merasa
kekurangan dalam melakukan ta’at adalah selamanya terpuji dan mengakui akan
kekurangan / kelemahan dalam melakukan ta’at adalah tanda-tangda diteimanya
amal tersebut) karena dengan demikian menunjukkan tidak adanya ujub dan takabur
di dalamnya.
Maqolah 26
(Kufur ni’mah
adalah tercela) maksudnya adalah dengan tidak adanya syukur ni’mat menunjukkan
rendahnya nafsu. (dan berteman dengan orang bodoh) yaitu orang yang menempatkan
sesuatu bukan pada tempatnya padahal ia mengetahui akan keburukan sesuatu
tersebut. (adalah keburukan) yaitu tidak membawa berkah . Oleh karena itu
janganlah berteman dengannya disebabkan karena buruknya akhlak / keadaan
tingkah lakunya karena sesungguhnya tabi’at itu dapat menular.
Maqolah 27
Disebutkan dalam
syair….Wahai yang disibukkan oleh dunia Sungguh panjangnya angan-angan telah
menenggelamkan mereka Bukankah mereka selalu dalam keadaan lupa – kepada Allah
Hingga dekatlah ajal bagi mereka Sesungguhnya kematian datangnya mendadak Dan
kubur adalah tempat penyimpanan amal.
Addailamy
meriwayatkan hadits dari RasuluLlah SAW yang bersabda, “Meninggalkan kenikmatan
dunia lebih pahit dari pada sabar, dan lebih berat daripada memukulkan pedang
di jalan Allah. Dan tiada sekali-kali orang mahu meninggalkan kenikmatan dunia
melainkan Allah akan memberi sesuatu seperti yang diberikan kepadapara
Syuhada’. Dan meninggalkan kenikmatan dnia adalah dengan menyedikitkan makan
dan kekenyangan, dan membenci pujian manusia karena sesungguhnya orang yang
suka di puji oleh manusia adalah termasuk mencintai dunia dan kenikmatannya.
Dan barang siapa menginginkan kenikmatan yang sesungguhnya maka hendaklah ia
meninggalkan kenikmatan dunia dan pujian dari manusia”.
Dan Ibnu Majah
telah meriwayatkan sesungguhnya RasuluLlah SAW bersabda, “Barang siapa yang
niatnya adalah untuk akhirat, niscaya Allah akan mengumpulkan kekuatan baginya
dan Allah membuat hatinya menjadi kaya, dan dunia akan mendatanginya dalam
keadaan hina. Dan barang siapa yang niatnya dunia maka Allah akan
menceraiberaikan segala urusannya, dan Allah menjadikan kefakiran di depan
kedua belah matanya dan tiadalah dunia akan mendatanginya kecuali apa yang
telah tertulis untuknya”.
Maqolah 28
Dari Aby Bakr
Asy-Syibly RahimahuLlahu Ta’ala, Beliau tinggal di Baghdad, berkawan dengan
Syaikh Abul Qasim Junaidy Al-Baghdady bahkan menjadi murid beliau, dan beliau
hidup hingga usia 87 tahun, wafat pada tahun 334 H dan dimakamkan di Baghdad.
Dimana beliau termasuk pembesar para sufi dan para ‘arif biLlah. Beliau berkata
di dalam munajatnya :
Wahai
Tuhanku…
Sesungguhnya
aku senang
Untuk
mempersembahkan kepadaMu semua kebaikanku
Sementara aku
sangat faqir dan lemah
Oleh karena
itu wahai Tuhanku,
Bagaimana
Engkau tidak senang
Untuk memberi
ampunan kepadaku atas segala kesalahanku
Sementara
Engkau Maha Kaya
Karena
sesungguhnya keburukanku tidak akan membahayakanMu
Dan
kebaikanku tidaklah memberi manfaat bagiMu
Dan sesungguhnya
sebagian orang yang mulia telah memberikan ijazah agar dibaca setelah
melaksanakan shalat Jum’at 7 kali dari bait syair sebagai berikut:
Ilahy lastu lil
firdausi ahla
Walaa aqway
‘ala naaril jahiimi
Fahably
zallaty wahfir dzunuuby
Fa innaka
ghaafirul dzanbil ‘adziimi
Wa ‘aamilny
mu’aamalatal kariimi
Watsabbitny
‘alan nahjil qawwimi
(Hikayat)
Sesungguhnya Syaikh Abu Bakr As-Syibly datang kepada Ibnu Mujaahid. Maka
segeralah Ibnu Mujaahid mendekati As-Syibly dan mencium tempat diantara kedua
mata beliau. Mmaka ditanyakanlah kepada Ibnu Mujaahid akan perbuatannya yang
demikian, dan beliau berkata, “Sesungguhnya aku melihat RasuluLlah SAW di dalam
tidur dan sungguh beliau SAW telah mencium Syaikh Abu Bakr As-Syibly. Ketika
itu berdirilah Nabi SAW di depan as-Syibly dan beliau mencium antara kedua
mataAs-Syibly. Maka aku bertanya, ‘Yaa RasuluLlah, apakah benar engkau berbuat
yang demikian terhadap As-Syibly ?’. RasuluLlah SAW menjawab,
‘benar,
sesungguhnya dia tidak sekali-kali mengerjakan shalat fardhu melainkan setelah
itu membaca Laqad jaa a kum Rasuulum min anfusikum ‘aziizun ‘alaiHi maa
‘anittum chariisun ‘alaikum bil mukminiinarra’uufurrahiim faintawallau faqul
chasbiyaLlaahu laaIlaaha Illa Huwa ‘alaiHi tawakkaltu waHuwa Rabbul ‘Arsyil ‘adziim….setelah
itu dia /As-Syibly mengucapkan salam ShallaLlaahu ‘alaika Yaa Muhammad”.
Kemudian aku tanyakan kepada As-Syibli mengenai apa yang dibacanya setelah
shalat fardhu, maka beliau menjawab seperti bacaan tadi….
Maqolah 29
Telah berka
Asy-syibly, “Apabila engkau menginginkan ketenangan bersama Allah, maka
bercerailah dengan nafsumu.” Artinya tidak menuruti apa yang menjadi
keinginannya. Telah ditanyakan keadaan Asy-Syibly di dalam mimpi setelah beliau
wafat, maka beliau menjawab,’ Allah Ta’ala berfirman kepadaku,’Apakah engkau
mengetahui dengan sebab apa Aku mengampunimu ?’
Maka aku
menjawab, ‘Dengan amal baikku”.
Allah Ta’ala
berfirman,’Tidak’.
Aku menjawab,
‘Dengan ikhlas dalam ubudiyahku ‘.
Allah Ta’ala
berfirman, ‘Tidak’.
Aku
menjawab,’Dengan hajiku dan puasaku ?’
Allah Ta’ala
berfirman, ‘Tidak’.
Aku menjawab,
‘Dengan hijrahku mengunjungi orang-orang shaleh untuk mencari ilmu“.
Allah Ta’ala
berfirman,’Tidak’.
Akupun bertanya,
‘Wahai Tuhanku, kalau begitu dengan apa ?“
Allah Ta’ala
menjawab, ‘Apakah engkau ingat ketika engkau berjalan di Baghdad kemudian engkau mendapati seekor anak
kucing yang masih kecil dan lemah karena kedinginan, dan ia emnggigil
karenanya. Kemudian engkau mengambilnya karena rasa kasihan kepada anak kucing
itu dan engkau hangatkan ia ?”
Aku menjawab,
‘Ya’.
Maka
berfirmanlah Allah Ta’ala, ‘Dengan kasih sayangmu kepada anak kucing yang masih
kecil itulah Aku menyayangimu’.
Maqolah 30
Telah berkata
Asy-Syibli, “Jika engkau telah merasakan nikmatnya pertemuan (wushlah – dekat
dengan Allah SWT) niscaya engkau akan mengerti rasa pahitnya perpisahan
(Qathi’ah-yaitu jauh dari Allah Ta’ala) . karena sesungguhnya berjauhan dari
Allah SWT merupakan siksaan yang besar bagi AhluLlah ta’ala. Dan termasuk salah
satu dari do’a SAW adalah ,”Allahummarzuqny ladzatan nadzari ilaa wajhiKal
Kariim, wasyauqu ilaa liqaaiK”. (Yaa Allah berikanlah kepadaku kelezatan dalam
memandang wajah-Mu yang Mulia dan rasa rindu untuk bertemu dengan-Mu)
Maqolah 31
Diriwayatkan
dari Nabi SAW, sesungguhnya Beliau bersabda, “Barang saiapa yang pada waktu
pagi hari (memasuki waktu subuh) dalam keadaan mengadu kepada manusia tentang
kesulitan hidupnya, maka seakanakan ia telah mengadukan Tuhannya. “.
Sesungguhnya pengaduan selayaknya hanya kepada Allah karena pengaduan kesulitan
hidup kepada Allah termasuk do’a. adapun mengadu kepada manusia menunjukkan
tidak adanya ridha dengan pembagian Allah Ta’ala sebagaimana diriwayatkan dari
AbdiLlah bin Mas’ud RA, telah bersabda RasuluLlah SAW, “Maukah kamu semua aku
ajari sebuah kalimat yang diucapkan Musa AS ketika melintasi lautan bersama
bani israil ?“. kami semua menjawab ,”Baik Yaa RasuluLlah”. RasuluLlah SAW
bersabda,”Ucapkanlah kalimat ‘Allahumma laKal hamdu wa ilaiKal Musytakay wa
Antal Musta’aan wa laa haula walaa quwwata illa biLlahil ‘Aliyyil ‘Adhiim” (Yaa
Allah segala puji hanya untuk-Mu, dan hanya kepadamulah tempat mengadu, dan
Engkaulah Penolong dan tiada daya upaya dan kekuatan melainkan dengan
pertolongan Allah Dzat Yang Maha Tinggi dan Maha Agung. Maka berkatalah Al-A’masy,
Tidaklah kami pernah meninggalkan membaca kalimat tersebut sejak kami
mendengarnya dari Syaqiq Al-Asady Al kuufy.
Barang siapa
pada waktu pagi hari berduka atas perkara duniawi, maka sesungguhnya ia telah
marah kepada tuhannya. Artinya, barang siapa yang bersedih karena urusan dunia,
sesungguhnya ia telah marah kepada Tuhannya, karena ia tidak ridha dengan
qadha’ (takdir Allah) dan tidak bersabar atas cobaan-Nya dan tidak beriman
dengan kekuasaan-Nya. Karena sesungguhnya apa saja yang terjadi di dunia ini
adalah atas qadha Ilahi Ta’ala dan atas kekuasaan-Nya.
Dan barang siapa
yang merendahkan diri kepada orang kaya karena melihat kekayaannya, maka
hilanglah 2/3 agamanya. Artinya bahwa disyari’atkannya penghormatan manusia
kepada orang lain adalah karena alasan kebaikan dan ilmunya bukan karena
kekayaannya. Karena sesungguhnya orang yang memuliakan harta, sesungguhnya ia
telah menyia-nyiakan ilmu dan amal shaleh. Telah berkata Sayyidy Syaikh Abdul
qadir Al- Jailany RA, “Tidak boleh tidak bagi seorang muslim pada setiap
keadaannya selalu dalam tiga keadaan, yangpertama melaksanakan perintah, kedua
menjauhi larangan, dan ketiga ridha dengan pembagian Tuhan.” Dan kondisi
minimal bagi seorang mukmin adalah tidak terlepas dari salah satu dari tiga
keadaan tersebut di atas, 32. telah berkata Sayidina Aby Bakar As-Shidiq RA,
“Tiga perkara yang tidak akan dapat diperoleh dengan tiga perkara lainnya.
Artinya ada tiga perkara, dimana tiga perkara tersebut tidak akan dapat
diperoleh dengan tiga perkara, yaitu yang pertama Kekayaan dengan hanya
berangan-angan. Sesungguhnya kekayaan tidak dapat diperoleh hanya dengan
berangan-angan akan tetapi dengan pembagian dari Allah. yang ke dua Muda dengan
bersemir. Maka tidak akan dapat diperoleh kemudaan usia hanya dengan menyemir
rambut dan lain sebagainya. Yang ketiga, Kesehatan dengan obat-obatan.
Maqolah 32
Dari Abu Bakar
As-Shidiq RA, “Tiga perkara tidak dapat di capai/didapatkan dengan tiga perkara
lainnya : 1. Kekayaan dengan angan-angan. Artinya tidaklah kekayaan itu dapat
diperoleh hanya dengan berangan-angan tanpa kerja nyata, dan pembagian dari
Allah. 2. Muda usia dengan semir. Artinya tidaklah akan diperoleh keadaan
menjadi muda hanya karena disemirnya rambut dan sebagainya. Akan tetapi orang
yang sudah bertambah usia (tua) tidaklah mungkin berubah menjadi muda kembali
meskipun dengan rambut disemir atau yang lainnya. Dan umur akan terus berjalan
hingga akhirnya habislah umur itu kembali menghadap sang Khaliq. 3. Dan
kesehatan dengan menggunakan obat-obatan. Artinya kesehatan tidak dapat
diperoleh dengan
mengkonsumsi
obat-obatan akan tetapi sesuai sunnah Allah harus dengan menjaga diri dengan
makanan yang halal dan olah raga secara teratur serta rajin beribadah.
Maqolah 33
Dari Sahabat
Umar RA, “bersikap kasih sayang dengan manusia adalah setengah dari sempurnanya
aka”l. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Hiban dan Thabrani dan Baihaqi dari
Jabir bin abdiLlah dari Naby SAW bersabda, “Berperilaku baik terhadap manusia
adalah shadaqah”. Artinya berperilaku yang baik terhadap manusia melalui ucapan
dan perbuatan pahalanya sama dengan orang yang bersedekah. Dan sebagian dari
suritauladan Naby dalam bersikap baik dalam pergaulan adalah beliau tidak
pernah mencela makanan dan menghardik pelayan dan tidak pernah memukul wanita
termasuk isteri beliau. Dan yang lebih tepat untuk perilaku yang baik ini
adalah meninggalkan kesenangan duniawi karena tuntutan agama. Dan rajn bertanya
(kepada Ulama) adalah setengah dari ilmu. Karena ilmu akan dipeorleh apabila
kita rajin bertanya terhadap segala sesuatu yang kita tidak tahu. Dan rajin
bekerja adalah setengah dari penghidupan. Karena dengan rajin bekerja kita akan
memperoleh rizki sebagai bekal untuk kelangsungan hidup kita.
Maqolah ke
37
Dari Nabi Dawud
AS, Diwahyukan di dalam kitab Zabur, – Wajib bagi orang yang berakal untuk
tidak menyibukkan diri kecuali dalam tiga hal :
1. Mempersiapkan
bekal untuk perjalanan ke akhirat.
2. Bergaul
dengan pergaulan yang baik.
3. Bekerja
dengan baik mencari rizki yang halal untuk bekal ibadah kepada Allah karena
mencari rizki yang halal adalah wajib hukumnya.
Maqolah ke 38
Dari Abu
Hurairah RA. Nama beliau adalah AbduRrahman bin Shakhr. Beliau berkata, telah
bersabda Naby SAW Ada
tiga perkara yang menyelamatkan (dari adzab), tiga perkara yang merusakkan
(membawa orang kepada kerusakannya), tiga perkara meningkatkan derajat
(beberapa tingkatan di akhirat), tiga perkara menghapuskan dosa. Adapun tiga
yang menyelamatkan adalah:
1. Takut kepada
Allah dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan.
2. Sedang dalam
faqir dan kekayaan.
3. Seimbang
dalam ridha dan marah (yaitu Ridha karena Allah dan marah karena Allah).
Adapun (tiga)
yang merusakkan adalah:
1. bakhil yang
bersangatan (dengan tidak mau memberikan apa yang menjadi hak Allah dan haq
makhluk). Dalam riwayat lain bakhil yang diperturutkan. (Adapun apabila sifat
bakhil itu ada dalam diri seseorang akan tetapi tidak diperturutkan, maka
tidaklah yang demikian ini merusakkan karena sifat bakhil adalah sifat yang
lazim ada pada manusia).
2. Hawa nafsu
yang selalu diikuti.
3. Dan herannya
(‘ujub) manusia terhadap diri sendiri. (Artinya seseorang memandang dirinya
dengan pandangan kesempurnaan dirinya disertai lalai terhadap ni’mat Allah
Ta’ala dan merasa aman dari hilangnya ni’mat itu).
Adapun yang meninggikan
derajat adalah:
1. Menebarkan
salam (artinya menebarkan salam kepada orang lain yang dikenal maupun yang
tidak dikenal).
2. Memberikan
hidangan makanan (kepada tamu atau orang yang menderita kelaparan).
3. Dan shalat
pada waktu malam sedang manusia sedang tertidur lelap (yaitu mengerjakan shalat
tahajud pada tengah malam ketika orang-orang sedang lalai dalam ni’matnya
tidur).
Adapun yang
dapat menghapus dosa adalah :
1.
Menyempurnakan wudhu pada saat yang sulit (artinya menyempurnakan wudhu pada
saat udara sangat dingin dengan menjalankan sunah-sunahnya).
2. Malangkahkan
kaki untuk mengerjakan shalat berjama’ah.
3. Menunggu
shalat sesudah shalat (Untuk mengerjakan shalat berikutnya di masjid yang
sama).
Maqolah ke
39 :
قال جبریل علیھ
السلام یا محمد عش ما شئت فئنك میت, وأحبب من شئت فئنك مفارقة, واعمل ما شئت فئنك
مجزى بھ,
Jibril As
berkata, “Ya Muhammad hiduplah sesuka engkau karena sesungguhnya engkau akan
meninggal dunia. Dan cintailah orang yang engkau suka karena engkau pasti akan
berpisah (disebabkan kematian). Dan beramalah sesuka engkau karena engkau akan
di beri pahala atas amal itu.
Maqolah ke
40 :
قال النبي صل
الھ علیھ وسلم : ثلاثة نفر یظلھم الله تحت ظل عرشھ یوم لاظل الا ظلھ. المتوضئ فى
المكاره, والماشى الى المساجد فى الظلم, ومطعم الجائع.
Tiga golongan
yang akan mendapatkan naungan الله di bawah naungan ‘arsy-Nya pada hari dimana tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya. 1 orang yang berwudhu pada waktu yang sangat berat (dingin
bersangatan). 2. orang yang pergi ke masjid dalam kegelapan )untuk mengerjakan
shalat berjama’ah). 3. Orang yang memberi makan orang yang kelaparan.
Maqolah ke
41 :
قیل لابراھیم
علیھ السلام, "لأي شیئ اتخذك الله خلیلا ؟ قال بثلاثت اشیاء : اخترت امر الله
تعالى على أمر غیره, وما اھتممت بما تكفل الله لى وما تعیشت وما تغدیت الا مع الضیف
Ditanyakan
kepada Nabi Ibrahim AS, “Dengan sehingga الله menjadikan engkau sebagai kekasih ?” Maka Ia
menjawab, “Dengan tiga hal, Aku memilih melaksanakan perintah الله daripada perintah selain الله . Dan aku tidak bersedih
hati atas apa yang telah الله tanggung untukku (dari rizki). Dan tidak sekali-kali aku makan
malam atau makan pagi kecuali bersama-sama dengan tamu.
Telah
diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim AS berjalan satu mil atau dua mil untuk mencari
orang yang mau dijak makan bersamanya.
Maqolah ke
42 :
عن بعض الحكماء
: ثلاثة اشیاء تفرج الغصص 1 ذكر الله تعالي, 2 ولقاء أولیائھ, 3 وكلام الحكماء
Diriwayatkan
dari sebagian ahli hikmah (orang-orang yang pandai mengobati penyakit hati).
Tiga perkara dapat menghilangkan kesusahan. 1 Dzikir kepada الله dengan lafadz apapun
seperti banyak membaca kaliamat لاالھ الاالله dan kalimat لاحولولاقوةالابالله , atau dengan bermunajat
kepada-Nya. 2 Bertemu kekasih / Aulia-Nya dari para ulama dan orang-orang
saleh. 3 Mendengarkan kalam (nasihat) para hukama’ (orang yang menunjukkan
kepada kebajikan dunia dan akhirat).
Maqolah ke 43
عن حسن البصرى رضي الله عنھ : من لا
أدبلھ لاعلم لھ, ومن لاصبرلھ لادین لھ, ومن لاورع لھ لازلفى لھ.
Dari Hasan Al
Bashri RA, Barang siapa yang tidak memiliki adab/etika (kepada الله dan
kepada makhluk) maka tiadalah ilmu baginya. Barang siapa yang tidak memiliki
kesabaran (karena menanggung bala’ dan menanggung disakiti oleh makhluk, dan
atas beratnya menjahui maksiyat dan atas melaksanakan kewajiban), maka tiadalah
agama baginya. Barang siapa yang tidak wara’ (dari yang haram dan syubhat) maka
tidak ada pujian (martabat) baginya di hadapan الله dan tiada kedekatan baginya kepada .الله
Alhamdulillah, dan pada akhirnya setiap santri maupun orang awam pun bisa mengkaji kitab yang sangat populer karangan Al Alim Alamah Syaikhina Nawawi Al Bantany. Semoga denga sajian Kitab Kuning Nashoihul Ibad Versi Terjemahan ini bisa dirasakan semua kalangan, Khususnya umat Islam. Amin Yaa Robbal ‘alamin
Sekian ringkasan yang dapat kami sajikan,
semoga bermanfaat di dunia dan Akhirat, Amin.
By: Al Faqir Illa Rohmati Azza Wajalla
Komentar
Posting Komentar