Sakinah (ketenangan)



Sakinah (ketenangan) termasuk tempat persinggahan pemberian
dan bukan pencarian dan usaha. Allah telah menyebutkan kata sakinah
ini di enam tempat dalam Kitab-Nya, yaitu:

"Dan, Nabi mereka mengatakan kepada mereka, 'Sesungguhnya tanda ia
akan menjadi raja, ialah kembalinya Tabut kepada kalian, yang di
dalamnya terdapat ketenangan dari Rabbmu'." (Al-Baqarah: 248).

"Kemudian Allah menuninkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan
kepada orang-orang yang beriman." (At-Taubah: 26).

"Di waktu dia berkata kepada temannya, 'Janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita'. Maka Allah menurunkan
ketenangan-Nya kepadanya (Muhammad) dan membantunya
dengan tentara yang kamu tidak melihatnya." (At-Taubah: 40).

"Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang
yang beriman, supaya keimanan mereka bertambah di samping keiman-an
mereka (yang telah ada)." (Al-Fath: 4).

"Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang Mukmin ketika
mereka berjanji setia kepadamu di bawahpohon, maka Allah menge-tahui
apa yang ada di dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas
mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenang-an yang
dekat (waktunya)." (Al-Fath: 18).

"Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan
(yaitu) kesombongan Jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenangan
kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang Mukmin dan Allah
mewajibkan kepada mereka kalimat takwa." (Al-Fath: 26).
Jika Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah menghadapi masalah yang
berat, maka dia membaca ayat-ayat yang di dalamnya terkandung ketenangan.
Saya sendiri pernah mencoba membaca ayat-ayat ini untuk mengenyahkan
kegundahan di dalam hati. Maka saya bisa merasakan pengaruhnya
yang amat besar dalam mendatangkan ketenangan.
Makna sakinah adalah ketenangan dan thuma'ninah yang diturunkan
Allah ke dalam hati hamba-Nya ketika mengalami keguncangan dan
kegelisahan karena ketakutan yang mencekam. Setelah itu dia tidak lagi
merasakannya, karena ketakutan itu sudah disingkirkan, sehingga menambah
imannya, kekuatan keyakinan dan keteguhan hatinya. Karena itu
Allah mengabarkan ketenangan yang diturunkan-Nya kepada Ra-sulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan kepada orang-orang Mukmin ketika
mereka dalam keadaan cemas dan gelisah, seperti saat hij rah, yaitu ketika
beliau dan Abu Bakar bersembunyi di dalam gua, sementara musuh-musuh
beliau ada di atas kepala. Andaikan di antara mereka ada yang melongok
ke bawah, tentulah mereka akan melihat beliau dan Abu Bakar. Begitu pula
pada saat perang Hunain, karena pasukan Muslimin melari-kan diri setelah
mendapatkan gempuran serangan musuh. Sebagian di antara mereka tidak
mempedulikan nasib sebagian yang lain. Begitu pula saat perjanjian
Hudaibiyah, ketika hati mereka dirasuki perasaan cemas dan gelisah atas
sikap orang-orang kafir, yang memaksakan syarat-syarat perjanjian yang
harus diterima orang-orang Muslim.
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, "Setiap sakinah yang
disebutkan di dalam Al-Qur'an berarti thuma'ninah atau ketenangan,
kecuali yang disebutkan di dalam surat Al-Baqarah.
Pengarang Manazilus-Sa'irin berkata, "Sakinah merupakan istilah
untuk tiga perkara:
- Sakinah Bani Israel yang dimasukkan ke dalam Tabut. Ada perbedaan
pendapat, apakah sakinah ini berupa jenis ataukah makna. Kalaupun
jenis, bagaimana sifatnya? Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib, jenisnya
berupa angin yang bertiup kencang, memiliki wajah seperti wajah
manusia. Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa rupanya seperti kucing
yang mempunyai dua sayap dan mata yang berkilauan. Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas, jenisnya berupa baskom yang terbuat dari emas sur-ga,
yang digunakan untuk mencuci hati para nabi. Jika sakinah ini diartikan
makna, maka artinya ketenangan. Taruklah bahwa maknanya
adalah yang pertama, maka sakinah di sini adalah Tabut itu sendiri.
- Sakinah yang disampaikan kepada orang yang sedang dibicarakan, bukan
termasuk sesuatu yang bisa dicari dan dimiliki, tapi merupakan
anugerah dari Allah, yang diturunkan ke lisan orang yang benar, seperti
wahyu yang diturunkan ke dalam hati para nabi. Jika sakinah ini
turun ke dalam hati seseorang, maka dia menjadi tenang, tunduk dan
pasrah, lisannya tidak mengatakan kecuali yang baik, seakan ada penghalang
antara lisan itu dan perkataan-perkataan kotor dan kebatilan.
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, "Kami saling membicarakan
bahwa sakinah ini turun ke lisan Umar dan hatinya, lalu dia menyampaikannya."
- Sakinah yang turun ke dalam hati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallain
dan hati orang-orang Mukmin. Sakinah ini merupakan sesuatu
yang mampu menghimpun kekuatan dan ruh, menenangkan orang
yang tadinya dicekam rasa takut, menghibur hati yang sedih dan gelisah
serta menenangkan orang yang durhaka, lancang dan enggan.
Syaikh menyebutkan bahwa sesuatu yang diturunkan Allah ke dalam
hati Rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya yang Mukmin, mencakup tiga
makna: Cahaya, kekuatan dan ruh, yang menghasilkan tiga buah: Ketenangan
orang yang takut, kegembiraan orang yang sedih dan ketenangan
orang yang durhaka, lancang dan enggan. Dengan ruh sakinah ini ada
kehidupan hati. Dengan cahayanya hati menjadi bersinar, dan dengan
kekuatannya ada keteguhan dan hasrat. Dengan cahaya, seorang hamba
bisa menyingkap bukti-bukti iman, hakikat keyakinan, bisa mem-bedakan
antara yang haq dan batil, petunjuk dan kesesatan, keraguan dan
keyakinan. Dengan kehidupan, menghasilkan kesadaran, pemikiran dan
membuatnya waspada terhadap kelalaian. Dengan kekuatan, menghasilkan
kelurusan, kejujuran dan ma'rifah yang benar, penguasaan jiwa dan
membebaskannya dari aib dan kekurangan. Karena itu sakinah ini bisa
menambah keimanan yang sudah ada.
Ketenangan kewibawaan yang diturunkan Allah sebagai sifat orang
yang memilikinya, merupakan cahaya dari sakinah yang ketiga ini dan
merupakan buahnya.
Menurut Syaikh, ada tiga derajat sakinah, yaitu:
1. Sakinah kekhusyu'an saat melaksanakan pengabdian, berupa memenuhi
hak, mengagungkan dan menghadirkan hati. Yang dimaksudkan
adalah ketenangan, kewibawaan dan kekhusyu'an yang diperoleh
pelakunya karena berbuat kebajikan. Allah befirman,

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah
turun (kepada mereka)?" (Al-Hadid: 16).
Karena iman mengharuskan munculnya kekhusyu'an dan memang
iman itu menyeru kepada kekhusyu'an, maka Allah menyeru mereka
dari kedudukan iman ke kedudukan kebajikan. Dengan kata lain Allah
befirman, "Belumkah tiba saatnya bagi mereka untuk mencapai kebajikan
dengan iman?" Untuk mewujudkannya ialah dengan kekhusyu'an
mereka saat mengingat apa yang diturunkan Allah kepada mereka.
Memenuhi hak artinya memenuhi hak pengabdian, yang zhahir maupun
batin. Pengagungan pengabdian mengikuti pengagungan terhadap
Allah yang disembah. Seberapa jauh pengagungan kepada Allah
bersemayam di dalam hati hamba, maka sejauh itu pula pengagungannya
terhadap pengabdian kepada-Nya. Menghadirkan hati ialah saat
menyaksikan Allah yang disembah, seakan-akan dia benar-benar da-pat
melihat-Nya.
2. Sakinah saat bermu'amalah, dengan menghisab diri, lemah lembut
terhadap makhluk dan memperhatikan hak Allah.
Derajat inilah yang biasa digeluti orang-orang sufi dan yang menjadi
ciri mereka dalam bermu'amalah dengan Allah serta dengan makhluk,
yang bisa diperoleh dengan tiga perkara:
- Menghisab diri, sehingga dapat diketahui apa yang menjadi bagiannya
dan apa kewajibannya. Kebersihan dan kesuciannya tergantung
dari hisab ini. Al-Hasan berkata, "Demi Allah, engkau tidak melihat
seorang Mukmin melainkan dia berdiri di hadapan diri sendiri seraya
bertanya, "Apa yang kamu kehendaki dari kata ini? Apa yang
kamu kehendaki dari sesuap makanan? Apa yang kamu kehendaki
dengan masuk atau keluar dari suatu tempat?"
Dengan hisab ini dia bisa mengetahui aib dan kekurangannya, lalu
memungkinkan untuk membenahinya.
- Lemah lembut terhadap makhluk, sesuai dengan kelaziman dalam
bermu'amalah dengan mereka, tidak memperlakukan mereka dengan
keras dan kaku, karena cara ini justru membuat mereka lari
menghindar, merusak hati dan hubungan dengan Allah serta membuang-
buang waktu. Tidak ada yang lebih bermanfaat dalam
bermu'amalah dengan manusia kecuali dengan lemah lembut. Hal ini
harus diterapkan kepada orang asing, sehingga bisa merebut hati dan
cintanya, atau terhadap sahabat dan kekasih, untuk menjaga
kelangsungan hubungan dan kasih sayang, atau terhadap musuh dan
orang yang membenci, untuk memadamkan kekerasannya dan
menghentikan kejahatannya.
- Memperhatikan hak Allah. Hal ini bisa mendatangkan kebaikan dan
kemaslahatan di dunia maupun di akhirat. Dua tingkatan di atas tidak
dianggap benar kecuali dengan memenuhi hak Allah.
3. Sakinah yang menguatkan keridhaan terhadap bagian dirinya, mencegah
dari pembualan dan menempatkan orang yang memilikinya pada
batasan ubudiyah. Sakinah ini tidak turun kecuali ke dalam hati nabi
atau wali.
Orang yang memiliki sakinah ini harus ridha kepada bagiannya dan
tidak menoleh ke bagian yang diterima orang lain. Sehingga orang
yang memiliki sakinah ini juga tidak membual. Sebab bualan muncul
dari hati yang tidak memiliki sakinah. Orang yang memiliki sakinah
ini juga tidak melanggar batasan ubudiyah. Jika dikatakan bahwa sakinah
ini tidak turun kecuali ke dalam hati nabi atau wali, karena ini
merupakan karunia Allah yang paling agung. Maka dari itu Allah tidak
menjadikannya kecuali bagi Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin,
seperti yang disebutkan di dalam Al-Qur'an.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dzikir

AYAT DAN SURAH YANG DIUTAMAKAN MEMBACANYA PADA WAKTU-WAKTU TERTENTU

Terjemah KITAB AKHLAQ BAGI PEREMPUAN